Artikel Intoleransi KOMPAS, Netizen: Diviralkan Untuk Menakut-nakuti, Setelah Diteliti Ternyata Tak Didukung Fakta

Artikel Intoleransi KOMPAS, Netizen: Diviralkan Untuk Menakut-nakuti, Setelah Diteliti Ternyata Tak Didukung Fakta - Apakah sahabat sedang mencari informasi tentang ALHAD TIME ?, Nah isi dalam Artikel ini disusun agar pembaca dapat memperluas pegetahuan tentang Artikel Intoleransi KOMPAS, Netizen: Diviralkan Untuk Menakut-nakuti, Setelah Diteliti Ternyata Tak Didukung Fakta, kami telah mempersiapkan artikel ini dengan referensi dari semua pembahasan untuk anda baca dan ambil informasi didalamnya. mudah-mudahan isi postingan Artikel Berita Hari ini, Artikel Berita Politik Terbaru, Artikel Berita Terhangat, Artikel Info Politik, Artikel Politik Indonesia, Artikel Politik Terbaru, yang kami suguhkan ini dapat anda pahami. baiklah, selamat membaca.

Judul : Artikel Intoleransi KOMPAS, Netizen: Diviralkan Untuk Menakut-nakuti, Setelah Diteliti Ternyata Tak Didukung Fakta
link : Artikel Intoleransi KOMPAS, Netizen: Diviralkan Untuk Menakut-nakuti, Setelah Diteliti Ternyata Tak Didukung Fakta


Artikel Intoleransi KOMPAS, Netizen: Diviralkan Untuk Menakut-nakuti, Setelah Diteliti Ternyata Tak Didukung Fakta


[PORTAL-ISLAM]  Artikel Kompas dengan judul awal "Intoleransi di Sekolah, Siswa Tolak Ketua OSIS yang Beda Agama" yang kemudian diubah menjadi "Pilkada DKI Dikhawatirkan Timbulkan Intoleransi di Lingkungan Sekolah" dinilai oleh Ardi Wirda Mulia, sengaja diviralkan untuk menakut-nakuti saja dan tak didukung fakta.
Seperti diketahui, artikel di Kompas tersebut langsung memicu kontroversi karena sebagian besar netizen tidak membaca isi berita.

Setelah artikel diupdate, baik dari segi judul maupun isi, artikel tersebut justru, menurut Ardi, tidak didukung fakta yang kuat.

Sebagai seorang yang biasa bekerja berdasarkan fakta dan data, Ardi tentu sangat kritis mengenai kuatnya contoh data dalam sebuah penelitian, apalagi jika penelitian tersebut memiliki konklusi sensitif.

Dalam artikel Kompas tadi, kesimpulan bahwa telah terjadi intoleransi di sekolah karena siswa tidak mau memilih ketua OSIS yang tak seiman, diperoleh dari penelitian dengan sampel hanya 2 daerah di Indonesia, yaitu Singkawang dan Salatiga. Itu pun, bila Kompas dan Henny Supolo sebagai pemapar mau jujur, hasilnya menunjukkan kedua daerah tersebut justru menunjukkan angka toleransi yang besar. JADI DI MANA INTOLERANSINYA?

Jika ingin jujur mengambil kesimpulan, seperti yang dilakukan Kompas dan Henny Supolo, ada baiknya kesimpulan didasarkan pada sebuah penelitian terhadap seluruh institusi sekolah, SMP dan SMA, yang terdapat di seluruh Indonesia.

Atau jika ingin sentimen ini dikaitkan dengan Pilkada DKI Jakarta, ada baiknya kesimpulan tadi didasarkan pada penelitian terhadap seluruh SLTP dan SLTA, di seluruh penjuru Jakarta.

Upaya Kompas untuk 'mengobok-obok' situasi yang sudah mulai jernih perlu diwaspasai karena bisa memancing konflik horizontal di masyarakat.



Demikianlah Artikel Artikel Intoleransi KOMPAS, Netizen: Diviralkan Untuk Menakut-nakuti, Setelah Diteliti Ternyata Tak Didukung Fakta

Sekianlah artikel Artikel Intoleransi KOMPAS, Netizen: Diviralkan Untuk Menakut-nakuti, Setelah Diteliti Ternyata Tak Didukung Fakta kali ini, mudah-mudahan bisa memberi manfaat untuk anda semua. baiklah, Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan artikel ini.

Subscribe to receive free email updates:

Related Posts :

Sponsor Situs Kami